Notification

×

Tag Google

Bencana Alam dan Pemberontakan Tanda Berakhirnya Dinasti Ming

Minggu, April 28, 2024 | 15:32 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-28T15:35:49Z


Fakta Khatulistiwa - Di bawah pemerintahan Ming, legitimasi kaisar bergantung pada tidak dicabutnya Mandat Surga. Mandat ini memberikan kekuasaan yang unik kepada Kaisar, namun juga membuat dirinya dan dinastinya rentan. 


Stabilitas tersebut mengasumsikan bahwa alam bermain secara tim, terutama sungai-sungai besar.


Ketika Yangtze dan Sungai Kuning gagal memberikan apa yang diharapkan masyarakat, hal ini berdampak pada perekonomian. 


Selain itu, legitimasi politik kaisar juga terancam. Sepanjang abad ke-16 dan ke-17, bencana banjir dan kekeringan terus terjadi. 


Meskipun dinasti tersebut memiliki kompetensi teknologi yang unggul, mereka tidak mampu mencegahnya.


Kanal Besar harus ditutup pada tahun 1571 dan 1572 karena banjir dan bahan makanan harus diangkut melalui jalan pantai yang tidak aman.


Ketika Mandat Surga dicabut, rakyat mempunyai hak untuk menggulingkan penguasa mereka. Maka sering terjadi pemberontakan setelah terjadinya bencana alam dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok.


Pada tahun terakhir dinasti tersebut, Kanal Besar juga harus ditutup, yang tentunya merupakan tanda berakhirnya Dinasti Ming. 


Dinasti Ming tidak mampu menahan pemberontakan yang terjadi setelahnya.


Para penakluk pindah dari utara dan Tembok Besar tidak membantu Ming. Orang-orang Manchu baru saja berbaris keluar dari sana. 


Sekitar 300 tahun setelah mereka merebut kekuasaan dengan menghancurkan Dinasti Yuan Mongol, kaisar Ming terakhir gantung diri. 


Di saat yang sama, penguasa asing sedang dalam perjalanan ke Beijing untuk merebut kekuasaan.


Dinasti Ming memerintah Tiongkok sejak 1368 hingga 1644 setelah menggulingkan Dinasti Yuan (Mongol). Dinasti ini runtuh setelah mengalami banyak huru-hara pemberontakan petani dan akhirnya digantikan oleh Dinasti Qing (Manchu). ***

×
Berita Terbaru Update